Rabu, 11/09/2024 04:05 WIB

Mengenal Pembagian Kasta Bali, Benarkah Berasal dari Ajaran Hindu?

Agama Hindu pada dasarnya tidak pernah mengenal istilah kasta. Kasta justru berasal dari bahasa Spanyol atau Portugis.

Ilustrasi (Foto: Unsplash)

Balimemo.com - Hindu Bali mengenal empat pembagian kasta dalam masyarakat. Brahmana, Ksatria, Weisya, dan Sudra. Namun, benarkah klasterisasi tersebut bersumber dari ajaran agama Hindu?

Melansir laman web Desa Sedang, Kabupaten Badung, agama Hindu pada dasarnya tidak pernah mengenal istilah kasta. Kasta justru berasal dari bahasa Spanyol atau Portugis yang bermakna pembagian masyarakat.

Apabila mengacu pada kitab suci Veda, yang muncul ialah istilah `Warna`. Senada dengan Kitab Bhagavadgita, pembagian manusia menurut ajaran Hindu ialah `Catur Warna`, yakni empat pilihan hidup berdasarkan bakat, keterampilan, serta kualitas seseorang.

Adapun yang sedari awal muncul dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali ialah `Wangsa`, artinya sistem kekeluargaan yang diatur berdasarkan garis keturunan. Apa saja?

Pertama, Brahmana yang disimbolkan dengan warna putih. Golongan Brahmana ialah masyarakat yang mengabdi di bidang keagamaan. Sehingga dia mendapatkan gelar Ida Bagus untuk laki-laki, dan Ida Ayu untuk perempuan.

Kedua, Ksatria yang dilambangkan dengan warna merah. Mereka ini adalah golongan masyarakat yang mengabdi di bidang kepemimpinan, keperwiraan, dan keamanan. Ksatria memiliki gelar Anak Agung.

Ketiga, Weisya yang identik dengan warna kuning. Golongan ini menitikberatkan pengabdiannya di bidang kesejahteraan masyarakat. Mereka bergelar Gusti Bagus untuk laki-laki dan Gusti Ayu untuk perempuan.

Terakhir, Sudra. Sudra dilambangkan dengan warna hitam, dialamatkan kepada anggota masyarakat yang mengabdi di bidang ketenagakerjaan. Golongan ini tidak memiliki gelar, namun umumnya diberi nama depan Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut.

Hingga akhir abad ke-14, Bali tidak pernah mengenal sistem kasta. Catatan sejarah Kerajaan Majapahit juga membuktikan bahwa seluruh golongan masyarakat dengan latar belakang apapun bisa menjadi seorang Ksatria.

Klasterisasi menurut sistem kasta di Bali justru baru muncul ketika Bali terpecah menjadi beberapa kerajaan. Belanda meruncingkan perbedaan tersebut dengan menerapkan politik pecah belah dan mengklaim sistem tersebut berasal dari Catur Warna.

Seiring waktu berjalan, pada abad modern ini kastanisasi sudah memudar. Kasta hanya dipakai sebatas formalitas penamaan nama belaka. Kendati demikian, masih ada masyarakat yang memegang erat prinsip kasta dalam perkawinan. Mereka yang berasal dari kasta tinggi, tidak boleh menikah dengan kasta di bawahnya.

TAGS : Sistem Kasta Bali Ajaran Hindu Brahmana Ksatria Weisya Sudra




TERPOPULER :