Salah satu wisata reliji Wali Pitu di Kabupaten Jembrana, Bali (Foto: Muti/Balimemo.com)
Balimemo.com - Wisata religi masih terbilang baru di Bali. Di tengah kebudayaan Hindu yang menjadi wajah Pulau Dewata di seluruh dunia, tak banyak orang tahu bahwa Bali juga menyimpan wisata religi `Wali Pitu`.
Selama ini wali identik dengan penyebar agama Islam di Pulau Jawa, sehingga memunculkan istilah Wali Songo. Namun, sejarah penyebaran agama Islam di Pulau Bali tak kalah menarik.
Provinsi yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa ini juga memiliki Wali Pitu atau bermakna Wali Tujuh. Wali Pitu kini kian populer sebagai salah satu destinasi wisata bagi turis muslim yang mengunjungi Bali.
Berikut ini lokasi makam Wali Pitu di Bali:
1. Habib Ali bin Umar Bafaqih
Habib Ali bin Umar Bafaqih atau Wali Negara lahir di Banyuwangi pada 1890 silam. Ulama yang pernah belajar di Mekah selama tujuh tahun ini mendirikan Pondok Pesantren Samsul Huda di Loloan Barat, Jembrana pada tahun 1935. Pesantren ini melahirkan ribuan ulama yang menyebar ke berbagai penjuru Tanah Air.
Habib Ali wafat pada tahun 1997 pada usia 107 tahun. Dia dimakamkan di Jalan Semangka, No.145, Loloan Barat, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali.
2. Pangeran Tjakraningrat dan Raden Ayu Siti Khodijah
Pangeran Tjakraningrat merupakan mantan Senopati Kerajaan Mataram yang terdampar di Pulau Bali. Dia lalu diberikan kesempatan oleh Raja I Gusti Gede Pemecutan untuk memimpin perang melawan Kerajaan Mengwi.
Raja Pemecutan berjanji akan menikahkan Pangeran Tjakraningrat dengan putrinya apabila berhasil meraih kemenangan. Singkat cerita, pasukan Pangeran Tjakraningrat menang dan dia dinikahkan dengan Raden Ayu Anak Agung Rai, yang kelak bernama Raden Ayu Siti Khodijah.
Setelah menikah, Raden Ayu bersungguh-sungguh menekuni, mempelajari, dan melaksanakan ajaran Islam. Dan kini, makam keduanya menjadi salah satu destinasi peziarah dari Bali maupun luar Bali.
Pangeran Tjakraningrat dimakamkan di Kampung Ubud, sedangkan makam istrinya berada di Jalan Batukaru, tidak jauh dari makam sang suami.
3. Habib Ali bin Zainal Abidin Al Idrus
Makam Habib Ali bin Zainal Abidin Al Idrus terletak di Desa Bungaya Kangin, Karangasem. Semasa hidupnya, dia adalah ulama yang dikenal arif dan bijaksana, sehingga banyak santri yang berguru kepadanya. Habib Ali bin Zainal Abidin Al Idrus wafat pada tahun 1982.
4. Habib Umar bin Maulana Yusuf Al Maghribi
Habib Umar bin Maulana Yusuf Al Maghribi merupakan salah satu ulama yang berjasa menyebarkan agama Islam di Desa Candikunging, Baturiti, Tabanan. Sebelum wafat pada abad ke-15, dia sempat mendirikan Kerajaan Beratan dan menjadi raja dengan gelar Syekh Maulana Raden Hasan.
Makam Habib Umar bin Maulana Yusuf Al Maghribi berada di Jalan Kebon Raya, Desa Candikuning. Tepatnya, di puncak bukit tapak di tengah area hutan cagar alam Kebun Raya Bedugul.
5. Syekh Abdul Qodir Muhammad
Syekh Abdul Qodir Muhammad merupakan penyebar agama Islam di wilayah Karangasem, Buleleng, hingga Jembrana. Sebelum berdakwah ke Bali, dia sempat berguru ke Palembang dan Cirebon. Di Cirebon inilah dia belajar kepada Sunan Gunung Jati hingga menjadi pengawalnya.
Makam Syekh Abdul Qodir Muhammad berada di Desa Temukus, Banjar, Buleleng. Tidak hanya peziarah muslim, makamnya juga dikunjungi peziarah Hindu.
6. Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar Al Hamid
Dulu, Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar Al Hamid merupakan penasihat dan guru Bahasa Melayu bagi Raja Klungkung, yaitu Dalam Pertama Dewa Agung Jambe. Momen itu dia manfaatkan untuk berdakwah kepada keluarga istana dan orang-orang yang berhubungan dengannya.
Suatu hari, sepulang dia mengajar dari istana, Habib Ali diserang oleh sekelompok orang dengan senjata tajam. Dia wafat di tempat. Dan oleh masyarakat, jenazahnya langsung dikuburkan pada hari itu juga di kuburan Islam Kusamba.
Makam Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar Al Hamid yang berlokasi di tepi pantai Desa Kusamba, Klungkung, dikeramatkan oleh umat Islam dan umat Hindu. Terbukti, peziarah yang datang ke makamnya berasa dari dua kelompok agama tersebut.
7. Pangeran Mas Sepuh
Raden Amangkuningrat atau Syekh Ahmad Hamdan Khoirul Sholeh atau yang lebih dikenal Pangeran Mas Sepuh, merupakan sosok sakti. Dia adalah putra Raja Mengwi pertama dari istri putri Kerajaan Blambangan Banyuwangi.
Pangeran Mas Sepuh dimakamkan di Banjar Seseh, Desa Cemagi, Mengwi, Badung. Makamnya tepat berada di samping Pura Keramat Ratu Mas Sakti.
TAGS : Wisata Reliji Wali Pitu Bali