Tugu Kabupaten Jembrana (Foto: Lintang/Balimemo.com)
Balimemo.com - Kabupaten Jembrana merupakan kawasan yang terletak di ujung Pulau Bali bagian barat. Jembrana berbatasan langsung dengan Selat Bali, yang memisahkan Pulau Dewata dengan Pulau Jawa.
Nama Jembrana diyakini berasal dari kata Jimbarwana yang bermakna hutan belantara yang konon dihuni oleh raja ular. Pasalnya, dulu Jembrana masih merupakan kawasan hutan yang belum terjamah.
Menurut catatan sejarah, Jembrana di masa kerajaan adalah pecahan dari Kerajaan Mengwi yang melepaskan diri. Leluhur dari Kerajaan Jembrana, Guti Nginte, merupakan seorang patih di Kerajaan Gelgel, Klungkung.
Adapun cucu Gusti Nginte, Gusti Agung Basangtamiang yang notabene putra dari Gusti Agung Widya, menjadi raja pertama Jembrana, dilanjutkan oleh Gusti Gede Giri sebagai raja kedua pada awal abad ke-18.
Terkait raja pertama dan kedua Jembrana, ada beberapa versi yang muncul. Ada yang mengatakan raja pertama Jembrana ialah Gusti Ngurah Agung Jembrana (1705-1755) dan Gusti Gede Jembrana (1755-1797).
Versi lainnya menyebutkan bahwa raja pertama Jembrana ialah Anak Agung Ngurah Jembrana (1705-1755) dan Anak Agung Gede Jembrana (1755-1790).
Dalam perjalanannya, Kerajaan Jembrana berkonflik dengan kerajaan-kerajaan di Bali. Di antaranya, Kerajaan Buleleng. Pada 1828, Jembrana kalah dan raja saat itu, Anak Agung Putu Seloka terpaksa mengungsi ke Banyuwangi, memanfaatkan bantuan dari perahu komunitas Muslim Bugis yang tinggal di Loloan, Jembrana.
Pasukan Jembrana yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Gede dan dibantu oleh pasukan Muslim Bugis, berhasil melawan Buleleng, dan memukul mundur kerajaan Bali utara itu setelah rajanya tewas dalam peperangan.
Buleleng yang pantang menyerah, kembali menyerang Jembrana dan kali ini terbilang sukses. Namun, pasukan Buleleng tidak berani memasuki Puri Agung Negara, sehingga Jembrana sempat mengalami kekosongan kekuasaan (vacum of power) pada 1832-1835.
Singkat cerita, Kerajaan Jembrana bernasib sama seperti kerajaan-kerajaan lain di Bali. Jembrana ditaklukkan Belanda, dan statusnya turun dari krajaan menjadi swapraja, sebelum Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 mengembalikan status Jembrana menjadi kabupaten.
Secara geografis, Jembrana membentang dengan luas keseluruhan 841,80 kilometer persegi atau 84.180 hektar. Kabupaten ini berbatasan dengan Selat Bali di bagian barat, Kabupaten Tabanan di sebelah timur, Kabupaten Buleleng di sebelah utara, dan Samudera Hindia di sebelah selatan.
Dengan kontur pegunungan dan pesisir pantai, Kabupaten Jembrana memiliki lima kecamatan, 10 kelurahan, dan 41 desa. Lima kecamatan tersebut ialah, Kecamatan Pekutatan, Kecamatan Mendoyo, Kecamatan Negara, Kecamatan Jembrana, dan Kecamatan Negara.
Menurut data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) per 2021, sebanyak 71,2 persen masyarakat Jembrana beragama Hindu, 26,4 persen agama Islam, dan 1,25 Protestan, 0,83 Katolik, 0,30 Buddha, dan 0,01 persen Konghuchu.
Sebagai tambahan, Kabupaten Jembrana juga dikenal dengan sebutan Bumi Makepung. Istilah ini diberikan, karena kabupaten tersebut memiliki tradisi perlombaan balapan kerbau (Makepung), sebagaimana Karapan Sapi di Madura.
TAGS : Kabupaten Jembrana Profil Wilayah Bumi Makepung