Ilustrasi upacara keagamaan di Bali (Foto: Unsplash/Nova Kusady)
Balimemo.com - Umat Hindu di Bali pada Rabu (2/8) ini memperingati Hari Raya Galungan. Dalam perayaan ini, pemeluk Hindu melakukan ibadah dan serangkaian prosesi ritual, mulai dari penyucian diri lahir dan batin, hingga pemberian sesajen kepada Sang Hyang Widhi.
Layaknya Hari Raya dalam kepercayaan Islam, dalam Hari Raya Galungan, umat Hindu juga akan melakukan silaturahmi kepada sanak saudara, pasca prosesi persembahyangan usai.
Dari sejarahnya, asal-usul Galungan diyakini terkait dengan peperangan antara Raja Mayanadewa melawan Mpu Sangkul Putih. Konon, Mayanadewa dikenal sebagai raja yang bengis dan kerap melakukan kejahatan semasa hidupnya.
Singkat cerita, peperangan itu dimenangkan oleh Mpu Sangkul yang dibantu oleh Dewa Indra. Kemenangan ini kemudian menjadi alasan peringatan Hari Raya Galungan, untuk menandai kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan).
Dalam lontar Purana Balil Dwipa, Hari Raya Galungan pertama kali dirayakan pada 882 masehi. Sempat terhenti selama bertahun-tahun, peringatan ini dirayakan lagi di era Raja Sri Jayakasunu.
Inti dari Hari Raya Galungan ialah pengendalian hawa nafsu, terutama nafsu buruk yang dikatakan dapat mengganggu ketentraman hidup. Hawa nafsu menurut Hindu terbagi menjadi tiga kala, yakni Kala Amngkutat (nafsu berkuasa), Kala Dungulan (nafsu merebut milik orang lain), dan Kala Galungan (nafsu menang dengan melakukan segala cara).
Selain alasan hawa nafsu, Hari Raya Galungan juga sebagai bentuk rasa syukur umat Hindu atas segala berkat yang mereka terima dari Tuhan Yang Maha Kuasa dengan terciptanya alam semesta.
TAGS : Hari Raya Galungan Asal-usul Sejarah Tradisi Adat