Yulion, penerima Beasiswa ADEM asal Papua di Bali (Foto: Ist)
Denpasar, Jurnas.com - Beraktivitas mulai pukul 5 pagi sudah menjadi kebiasaan Yulion. Seperti pagi-pagi sebelumnya, kali ini dia sudah menunggu di sudut kampung.
Bersama anak-anak Suku Ketengban di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Yulion baku tunggu hingga 12 peserta lengkap untuk mulai menyusuri hutan yang masih gelap gulita.
Yulion dan kawan-kawan bukan hendak berburu. Memang begini rutinitasnya enam hari dalam seminggu sebelum berangkat ke sekolah. Dia berpacu dengan waktu agar bisa tiba di sekolah sebelum pukul delapan pagi.
"Makanya kalau ada yang telat dicari ke rumahnya," kata Yulion di sela-sela Presstour Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) di Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Bangli, Bali beberapa waktu lalu.
Perjalanan selama 2,5 jam dimulai. Sebelum masuk hutan, mereka melakukan permainan kecil-kecilan. Anak yang kalah akan berada di barisan terdepan untuk membuka jalan, sekaligus menyapu embun yang masih menempel di rumput.
"Biar kita yang di belakang tidak basah," tutur dia.
Perjalanan ke sekolah bukan tanpa halangan. Apabila jembatan yang menghubungkan desanya dengan desa tetangga terputus, mereka terpaksa kembali ke desa dan tidak bisa bersekolah. Pun, apabila tiba di sekolah, proses pembelajaran hanya berlangsung selama dua jam.
"Jam 10 sudah pulang. Karena di sana pegunungan, jadi keluar masuk hutan dan naik turun gunung. Biar pulangnya tidak terlalu malam," ujar dia.
Demikian rutinitas Yulion hingga lulus SD. Karena itu, dia memutuskan menempuh jenjang SMP ke Kabupaten Keerom pada 2018 silam. Setidaknya, dia tak perlu keluar masuk hutan hanya untuk bersekolah.
Di Keerom, Yulion tinggal bersama nenek angkatnya. Namun, perekonomian sang nenek tak cukup mampu untuk terus menerus membiayai pendidikannya. Karena itu, Yulion bersemangat ketika mendapati informasi beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) dari Kemdikbudristek, untuk melanjutkan SMA di luar Pulau Papua.
Singkat cerita, Yulion dinyatakan lolos Beasiswa Adem setelah melewati serangkaian proses seleksi. Namun, dia tak tahu banyak tentang daerah di luar Papua. Dia hanya kenal Jakarta dan Yogyarakarta. Tak heran, dia awalnya meyakini akan bersekolah di kedua provinsi tersebut.
"Ternyata untuk Kabupaten Keerom ditentukan dapatnya di Bali. Saya tidak tahu Bali itu di mana," ungkap Yulion.
Kini, setelah sekian waktu berlalu, Yulion bersyukur bisa melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Melaya, Jembrana, Bali. Dia mengatakan, di tempat barunya ini dia mendapatkan banyak teman baru dan mengenal budaya Bali.
Yulion berjanji kelak ketika sudah berhasil menamatkan pendidikan tinggi, dia akan kembali ke kampung halamannya untuk memajukan pendidikan, sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap tanah kelahiran.
"Saya ingin memajukan pendidikan di daerah saya," tutup Yulion.
TAGS : Beasiswa Adem Yulion Papua Bali Pulau Dewata Kemdikbudristek