Sanggar Seni Cudamani mempersembahkan karya klasik dan kontemporer dalam Pesta Kesenian Bali ke - 46 (Foto: Ist)
Balimemo.com - Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-46, menjadi ajang penting bagi Sanggar Seni Cudamani dari Banjar Pengosekan, Ubud, Gianyar, untuk mempersembahkan karya-karya klasik dan kontemporer.
Mengangkat tema `Jana Kerthi Paramaguna Wikrama`, mengajak pengunjung untuk nostalgia dan kekaguman atas kebesaran maestro masa lalu yang dihidupkan kembali oleh seniman lintas generasi.
Salah satu momen yang menyita perhatian dari pementasan Cudamani adalah ketika muncul persembahan gending tua, `Pelegongan Crucuk Punyah` karya almarhum I Wayan Gerinem dari Banjar Teges Kanginan.
Gending ini, yang diciptakan sekitar tahun 1970-an, dan hampir punah bahkan tidak pernah tersorot media. Keberhasilan Cudamani dalam merekonstruksi gending ini adalah buah kerja keras mereka bersama sang komposer utama, I Dewa Putu Berata.
Gending `Pelegongan Crucuk Punyah` menampilkan nuansa ceria melalui gegenderan yang bersahut-sahutan, menggambarkan kehidupan burung yang bercengkrama.
Untuk menjaga kebenaran dan keaslian dari gending ini, Sanggar Cudamani bekerja sama dengan Wayan Lantir, putra dari pencipta aslinya.
“Kami di Sanggar Seni Cudamani sangat menginginkan gending ini tetap hidup, sehingga kami mengundang Bapak Lantir anak dari pencipta Alm. I Wayan Gerinem sebagai guru untuk mengajarkan langsung kepada kami,” ujar Ketua Sanggar Cudamani, I Dewa Putu Berata.
Tidak hanya menghidupkan kembali gending tua, Sanggar Cudamani juga menampilkan berbagai karya tabuh dan tari yang mencerminkan perkembangan dan semangat baru dari generasi muda.
Tujuh karya yang dibawakan meliputi tiga karya dari kalangan dewasa dan empat karya dari kalangan remaja. Salah satunya adalah Tari Legong Gering, yang menggambarkan situasi pandemi dengan sentuhan artistik yang mendalam, mencerminkan perjalanan emosional masyarakat saat menghadapi wabah.
Penonton yang hadir, termasuk tokoh budaya dan wisatawan asing, memberikan apresiasi tinggi terhadap penampilan Cudamani. Mereka mengabadikan momen pergelaran dalam yang menandakan betapa berartinya pertunjukan ini.
I Dewa Putu Berata menyampaikan, pentingnya keseriusan dalam menekuni seni pelegongan, baik tabuh maupun tari, sebab setiap tabuhan gending itu menggambarkan waktu, ruang dan suasana.
Karenanya meskipun mempelajari satu gending bisa dilakukan dalam sehari, untuk mendapatkan rasa yang tepat memerlukan latihan berulang kali dan disiplin tinggi.
"Di zaman dulu belajar satu gending sangat lama, begitu jadi gending itu sangat matang dan terkenang sepanjang masa, ” kata I Dewa Putu Berata.
Pesta Kesenian Bali tahun ini berlangsung selama satu bulan penuh, dari 15 Juni hingga 13 Juli 2024, dan menampilkan beragam materi pokok seperti pawai, pergelaran, parade, lomba, pameran, lokakarya, sarasehan, dan penghargaan bagi pengabdi seni.
Penampilan Cudamani di PKB bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebuah perayaan atas dedikasi dan semangat pelestarian budaya yang dibawa. Melalui pementasan ini, generasi muda dan para pecinta seni diingatkan kembali akan keindahan dan kekayaan seni tradisi Bali yang tak lekang oleh waktu.
TAGS : Pelegongan Crucuk Punyah Sanggar Seni Cudamani Pesta Kesenian Bali PKB 2024