Kamis, 19/09/2024 09:09 WIB

Tradisi Subak, Warisan Budaya Bali yang Diakui Dunia

Subak tak hanya berguna mengalirkan air, melainkan juga mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat Bali yang menghargai harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.

Sawah di Bali menggunakan sistem subak (Foto: Unsplash/Artem Beliaikin)

Balimemo.com - Bali memiliki budaya unik di bidang pertanian, yakni subak, sebuah sistem irigasi yang berfungsi untuk mengalirkan air ke sawah-sawah. Saking terkenalnya tradisi ini, subak juga diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO sejak 2012.

Subak tak hanya berguna mengalirkan air, melainkan juga mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat Bali yang menghargai harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.

Menurut sejarah, subak sudah ada sejak lebih dari seribu tahun yang lalu. Berdasarkan catatan prasasti Tirta Empul dari 962 Masehi, subak diperkirakan dimulai sejak abad ke-9.

Dalam sejarahnya, subak tidak hanya berfungsi sebagai sistem irigasi, tetapi juga sebagai mekanisme sosial dan budaya yang mengatur kehidupan masyarakat agraris Bali. Pengelolaan air secara bersama-sama menjadi pondasi dari solidaritas dan kerjasama antar petani.

Subak erat kaitannya dengan filosofi `Tri Hita Karana`. Filosofi ini mengajarkan tentang pentingnya menjaga harmoni antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), manusia dengan manusia lainnya (Pawongan), dan manusia dengan alam (Palemahan).

Dalam konteks subak, Parahyangan diwujudkan melalui upacara-upacara keagamaan di pura subak, Pawongan melalui kerjasama antar petani, dan Palemahan melalui pengelolaan lingkungan dan sistem irigasi yang baik.

Dalam praktiknya, subak juga memiliki struktur organisasi. Puncak dari organisasi ini adalah `Pekaseh` yang bertugas sebagai pemimpin atau kepala subak. Pekaseh dipilih oleh anggota subak berdasarkan kebijaksanaan, pengalaman, dan kemampuannya dalam memimpin.

Di bawah Pekaseh, terdapat beberapa jabatan lainnya seperti `Penyarikan` (sekretaris), `Petajuh` (bendahara), dan `Kasinoman` (juru bicara). Struktur ini memastikan bahwa segala keputusan terkait pengelolaan air dan kegiatan subak lainnya dilakukan secara demokratis dan adil.

Setiap anggota subak memiliki peran dan tanggung jawab yang jelas. Pekaseh, sebagai pemimpin, bertanggung jawab untuk mengawasi distribusi air dan memastikan bahwa semua anggota mendapatkan air secara adil.

Penyarikan bertugas mencatat segala keputusan dan kegiatan subak, sedangkan Petajuh mengurus masalah keuangan dan pengumpulan iuran. Kasinoman bertindak sebagai penghubung antara anggota subak dan pihak luar.

Seiring dengan perkembangan zaman dan modernisasi, subak menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi area perumahan atau komersial, yang mengurangi luas sawah dan mengganggu sistem irigasi.

Selain itu, perubahan iklim juga berdampak pada ketersediaan air. Oleh karena itu, pelestarian subak menjadi penting. Pemerintah dan masyarakat lokal terus berupaya untuk menjaga keberlanjutan subak melalui berbagai program dan kebijakan.

TAGS : Tradisi Subak Budaya Bali Siste Irigasi UNESCO




TERPOPULER :