Sabtu, 21/12/2024 20:19 WIB

Setiap Tahun Lakoni Belanda-Bali demi Ubud Village Jazz Festival

Dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir, Marjan mengatakan dirinya selalu datang ke Bali untuk menyaksikan festival jazz tersebut

Ubud Village Jazz Festival 2024 telah ditutup (Foto: Ist)

Balimemo.com - Ajang Ubud Village Jazz Festival (UVJF) 2024 berakhir pada Sabtu (3/8) malam pekan lalu. Festival yang berhasil menarik sekitar 3.000 pengunjung ini banyak menyisakan kisah menarik.

Salah satunya Marjan, wisatawan asing asal Belanda yang sedang berlibur ke Bali. Dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir, Marjan mengatakan dirinya selalu datang ke Bali untuk menyaksikan festival jazz tersebut.

"Ini adalah kesembilan kalinya saya datang ke festival ini, dan saya sungguh-sungguh menikmatinya," kata Marjan dalam siaran pers yang diterima Balimemo.com pada Senin (5/8).

Marjan tak ingin cukup sampai tahun ini. Tahun depan, pengunjung setia ini berjanji akan kembali lagi ke Ubud untuk menyaksikan festival tahun tersebut.

"Saya akan terus datang setiap tahunnya. Setiap tahunnya festival ini menghadirkan pengalaman yang berbeda," ujar dia.

Sthala Ubud Village Jazz Festival 2024 berakhir dengan rangkaian penampilan menakjubkan dari sembilan grup musik jazz internasional dan lokal di tiga panggung: Giri, Padi, dan Subak.

Penampilan yang memukau dari Collective Harmony (Indonesia), Fawr (Indonesia), Eric Chong Trio With Sinuksma & Kanhaiya (Hong Kong-Indonesia), Simon Praticco Trio (Italia), Claude Diallo Trio With Indra Gupta & Gustu Brahmanta (Swiss-Indonesia), New Centropezn Quartet (Rusia), Zagorski-Skowronki Project Feat Kajetan Galas (Polandia), Uwe Plath Quartet (Jerman), dan Galaxy Bigband (Indonesia) membuat festival ini begitu istimewa dan penuh warna.

Diketahui, musik jazz dengan kekayaannya dalam makna dan interpretasi, bergantung pada persepsi, intelegensia, dan pengalaman pendengar. Jazz sama kelahiran nya dengan keroncong di Indonesia, yakni sama-sama lahir dari jeritan hati di bawah kolonialisasi Portugis di Batavia.

Mereka memainkan alat musik apa adanya, namun seiring jaman, jazz kerap kali dianggap musik borjuis dan elit, kendati demikian jazz tetap mampu memperlihatkan kerumitan teknik yang membuatnya terbuka terhadap interpretasi bebas di tengah keteraturannya.

Jazz mencakup berbagai sub-genre seperti Swing, Bebop, Ragtime, Smooth Jazz, Fusion Jazz, hingga yang paling kompleks, Free Jazz atau Avant-Garde Jazz. Festival ini memayungi semua jenis tersebut.

"Bukan hanya free jazz, tapi just jazz," kata Yuri Mahatma, Co-founder Ubud Village Jazz Festival.

Galaxy Bigband, yang didirikan pada 1992 oleh warga Jepang di Jakarta, menjadi penutup acara dengan penampilan yang luar biasa. Mereka mengajak penonton lokal dan asing menari bersama mengikuti lagu "Kopi Dangdut" yang diaransemen dalam bentuk jazz, menciptakan suasana yang meriah dan penuh kegembiraan.

Dengan segala keindahan dan kelenturan, sekaligus kerumitan tekniknya, jazz terus menjadi wadah ekspresi yang tak terbatas. Ubud Village Jazz Festival 2024, meskipun telah berakhir, meninggalkan jejak kenangan manis dan pengalaman berharga yang akan selalu dikenang oleh para penggemarnya.

"Sampai jumpa di Ubud Village Jazz Festival tahun depan," ujar Yuri Mahatma, menutup malam dengan janji akan pertemuan yang lebih meriah tahun depan.

TAGS : Ubud Village Jazz Festival UVJF 2024 Event Bali




TERPOPULER :