Masjid Nurul Huda di Gelgel adalah salah satu masjid tertua di Bali (foto:beritabali)
Balimemo.com - Islam masuk ke Bali sejak beberapa abad yang lalu melalui perdagangan, interaksi sosial, dan pengaruh kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Sejumlah masjid tua yang ada di Bali menjadi saksi bisu penyebaran Islam di pulau ini.
Keberadaan masjid-masjid tua di Bali mencerminkan sejarah panjang toleransi dan interaksi antara berbagai budaya dan agama di pulau ini.
Seiring waktu, masjid-masjid ini terus berfungsi sebagai tempat ibadah, pusat pendidikan agama, serta bagian penting dari warisan budaya Bali.
Berikut adalah beberapa masjid tua di Bali beserta sejarahnya:
1. Masjid Nurul Huda, Gelgel
Masjid Nurul Huda di Gelgel adalah salah satu masjid tertua di Bali dan memiliki sejarah panjang terkait dengan Kerajaan Gelgel yang pernah berjaya di Bali pada abad ke-16. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh dan pengaruh Islam mulai menyebar di Nusantara, Kerajaan Gelgel menerima para pengungsi dari Jawa yang membawa serta agama Islam.
Masjid ini didirikan pada abad ke-16 oleh pengikut Islam yang datang dari Jawa, dengan restu dari Raja Gelgel, yang dikenal sebagai raja yang toleran terhadap berbagai agama. Masjid ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan spiritual para pedagang dan bangsawan Islam yang tinggal di sekitar kerajaan.
Masjid ini memiliki arsitektur tradisional Bali dengan beberapa elemen khas Islam, seperti menara kecil dan hiasan kaligrafi. Keunikan masjid ini terletak pada perpaduan antara unsur-unsur Hindu Bali dan Islam dalam desainnya, mencerminkan harmoni antara kedua komunitas.
2. Masjid Baiturrahmah, Pegayaman
Desa Pegayaman di Buleleng adalah salah satu desa yang dihuni oleh komunitas Muslim Bali yang sudah ada sejak abad ke-17. Masjid Baiturrahmah menjadi pusat kegiatan keagamaan di desa ini. Sejarah mencatat bahwa Islam masuk ke Pegayaman melalui pasukan Mataram yang dikirim ke Bali pada masa ekspedisi militer Sultan Agung pada awal abad ke-17.
Masjid ini didirikan pada sekitar abad ke-17 oleh komunitas Muslim yang menetap di desa Pegayaman. Komunitas ini hidup berdampingan dengan penduduk Hindu Bali di sekitarnya, menunjukkan toleransi yang kuat.
Masjid Baiturrahmah memiliki arsitektur yang sederhana namun mencerminkan pengaruh Islam tradisional yang khas. Dengan dinding putih dan atap berbentuk limasan, masjid ini mencerminkan kesederhanaan sekaligus kekuatan spiritual bagi komunitas Muslim di Pegayaman.
3. Masjid Al-Huda, Loloan Barat
Loloan Barat adalah daerah yang memiliki sejarah panjang terkait dengan komunitas Muslim Bugis yang menetap di Bali. Pada abad ke-17, para pelaut Bugis tiba di Bali dan menetap di kawasan Loloan Barat, membawa serta tradisi Islam mereka. Masjid Al-Huda didirikan untuk memenuhi kebutuhan keagamaan komunitas Bugis-Muslim ini.
Masjid Al-Huda dibangun pada abad ke-17 oleh komunitas Bugis yang menetap di Loloan Barat. Para penduduk Muslim Bugis ini memainkan peran penting dalam perdagangan maritim di Bali dan memiliki hubungan baik dengan Kerajaan Jembrana.
Arsitektur masjid ini memiliki pengaruh kuat dari arsitektur Bugis, dengan ciri khas atap bertingkat dan desain yang sederhana namun fungsional. Masjid ini mencerminkan perpaduan budaya Bugis dan Bali, terutama dalam penggunaan material lokal dan teknik bangunan tradisional.
4. Masjid Jami’ Singaraja
Masjid Jami’ Singaraja adalah salah satu masjid tertua dan terbesar di Bali Utara. Singaraja adalah kota pelabuhan yang memiliki sejarah panjang dalam perdagangan internasional, sehingga Islam menyebar di wilayah ini melalui pedagang-pedagang Muslim yang datang dari Jawa, Bugis, dan wilayah lain. Masjid Jami’ Singaraja menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi komunitas Muslim di Bali Utara.
Masjid ini didirikan pada pertengahan abad ke-19 oleh komunitas Muslim di Singaraja, yang mayoritas adalah pedagang dan pekerja pelabuhan. Masjid ini menjadi pusat pengajaran Islam dan tempat ibadah utama bagi komunitas Muslim setempat.
Masjid Jami’ Singaraja memiliki desain yang lebih modern dibandingkan masjid-masjid tua lainnya di Bali, namun tetap mempertahankan elemen arsitektur tradisional dengan atap limasan dan menara kecil. Masjid ini menjadi simbol penting keberadaan Islam di Bali Utara.
5. Masjid Agung Palapa, Denpasar
Meskipun Masjid Agung Palapa dibangun di masa yang lebih modern dibandingkan dengan masjid-masjid lainnya, masjid ini memiliki peran yang signifikan sebagai pusat keagamaan bagi komunitas Muslim di ibu kota Bali. Masjid ini didirikan pada abad ke-20 dan menjadi pusat kegiatan dakwah serta perayaan hari-hari besar Islam di Bali.
Masjid ini didirikan oleh komunitas Muslim Denpasar yang semakin berkembang seiring bertambahnya penduduk Muslim di Bali. Masjid Agung Palapa juga menjadi salah satu tempat ibadah yang aktif selama bulan Ramadan dan Idul Fitri.
Arsitektur Masjid Agung Palapa mencerminkan desain modern dengan elemen tradisional. Dilengkapi dengan menara tinggi dan kubah besar, masjid ini menjadi salah satu landmark penting di Denpasar dan sering menjadi tempat bagi acara-acara keagamaan besar.
6. Masjid Tua Wanasari, Denpasar
Masjid Tua Wanasari merupakan salah satu masjid tertua di Denpasar dan terletak di kampung Wanasari, yang juga dikenal sebagai Kampung Jawa. Kampung ini telah lama menjadi pusat komunitas Muslim di Denpasar, dengan penduduknya yang sebagian besar adalah keturunan Jawa dan Madura. Masjid ini menjadi saksi perkembangan Islam di Denpasar sejak zaman kolonial.
Masjid Tua Wanasari didirikan pada akhir abad ke-19 dan merupakan tempat ibadah utama bagi komunitas Muslim Jawa di Bali. Masjid ini memiliki peran penting dalam penyebaran ajaran Islam di sekitar Denpasar dan sekitarnya.
Masjid ini memiliki arsitektur sederhana dengan pengaruh Jawa yang kuat, terutama dalam bentuk atapnya yang berbentuk joglo. Meski tidak besar, masjid ini memiliki nilai sejarah yang tinggi bagi komunitas Muslim di Bali.
TAGS : Sejarah Masjid tua Bali Islam