Busana Raja Bali Tempo Dulu (foto:kintamani)
Balimemo.com - Busana raja-raja Bali tempo dulu mencerminkan kekayaan budaya, status sosial dan spiritualitas Hindu Bali. Dengan mengenakan busana ini, para raja tidak hanya menunjukkan kedudukan mereka sebagai penguasa, tetapi juga sebagai pemimpin spiritual yang menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan dewa.
Setiap elemen dalam pakaian para raja memiliki simbolisme yang mendalam, baik dari segi estetika maupun spiritual, yang menunjukkan kekuasaan, kebesaran, dan kedekatan raja dengan dewa-dewa dalam keyakinan Hindu.
Berikut adalah elemen-elemen utama dari busana raja Bali tempo dulu dan maknanya:
1. Kain Kamen (Kain Poleng dan Kain Wastra)
Kain Kamen adalah kain tradisional yang digunakan sebagai pakaian bawah oleh raja-raja Bali. Kamen umumnya dililitkan dari pinggang ke bawah hingga ke mata kaki.
Kain Poleng (kain bermotif kotak hitam dan putih) sering dipakai oleh raja-raja atau anggota keluarga kerajaan, karena melambangkan keseimbangan antara baik dan buruk, kebenaran dan kesalahan, serta kehidupan dan kematian. Kain ini sering dikaitkan dengan ajaran Rwa Bhineda, yaitu konsep dualitas dalam ajaran Hindu Bali.
Kain Wastra adalah kain mewah yang biasanya dihiasi dengan motif songket emas atau perak yang rumit, menunjukkan status dan kekayaan pemakainya. Kain ini sering digunakan oleh raja pada upacara adat atau acara kenegaraan.
2. Udwara (Penutup Kepala)
Penutup kepala para raja Bali dikenal dengan nama udwara atau destar, yang merupakan simbol otoritas dan spiritualitas. Udwara biasanya terbuat dari kain mewah dengan motif-motif yang menunjukkan status raja.
Bentuk dan cara mengikat penutup kepala ini juga memiliki makna penting. Misalnya, simpul di bagian depan kepala melambangkan kesucian pikiran dan kemampuan raja untuk memimpin dengan kebijaksanaan dan keberanian.
Penutup kepala juga sering dihias dengan aksesoris emas atau hiasan yang melambangkan kekuatan dan otoritas raja.
3. Anting-Anting dan Hiasan Telinga (Subeng)
Raja-raja Bali sering memakai anting-anting atau subeng dari emas atau logam mulia lainnya, yang melambangkan status sosial dan spiritual mereka. Bentuk subeng biasanya melingkar dengan ukiran khas Bali yang rumit, menunjukkan kekayaan dan kemakmuran raja.
Hiasan telinga ini juga melambangkan kedekatan raja dengan dewa-dewa dan kekuatan kosmis, serta kemampuan raja untuk mendengar aspirasi rakyat dan dewa-dewa.
4. Kalung dan Gelang Emas
Kalung emas atau untaian manik-manik adalah simbol kemakmuran dan kekuasaan. Raja-raja Bali memakai kalung besar yang dihiasi dengan batu-batu mulia atau ornamen berbentuk lingkaran yang melambangkan kekuatan spiritual dan kedudukan mereka sebagai penguasa yang memiliki hubungan dengan alam semesta.
Gelang emas yang dikenakan di pergelangan tangan juga merupakan bagian penting dari busana raja. Gelang ini biasanya terbuat dari emas murni dengan ukiran khas Bali, dan dikenakan sebagai simbol kekuasaan dan keberanian raja dalam melindungi kerajaan dan rakyatnya.
5. Keris
Keris adalah senjata tradisional Bali yang juga berfungsi sebagai simbol kekuasaan dan spiritualitas. Keris yang dimiliki oleh raja bukan hanya sebagai senjata, tetapi juga dianggap sebagai pusaka kerajaan yang memiliki kekuatan magis.
Keris sering kali dihiasi dengan hulu dan sarung yang terbuat dari emas atau logam mulia lainnya, serta diukir dengan simbol-simbol sakral. Keris ini dibawa oleh raja dalam upacara-upacara adat atau kenegaraan sebagai tanda perlindungan dan kekuasaan yang mereka miliki.
Dalam konteks spiritual, keris juga melambangkan kekuatan kebijaksanaan, keberanian, dan kedekatan raja dengan dewa-dewa.
6. Selempang (Senteng)
Selempang atau senteng adalah kain panjang yang diselempangkan di pundak raja dan diletakkan melintang di dada. Biasanya terbuat dari kain songket yang mewah, selempang ini melambangkan kehormatan dan keagungan raja.
Selempang sering kali dihiasi dengan motif-motif yang melambangkan kekuatan dan perlindungan spiritual, seperti naga, burung garuda, atau motif alam lainnya yang mengaitkan raja dengan kekuatan kosmis.
7. Jubah Kerajaan (Kebaya atau Baju Beskap)
Pada masa tertentu, raja-raja Bali juga memakai jubah kerajaan yang dikenal sebagai kebaya untuk acara formal atau keagamaan. Jubah ini biasanya terbuat dari kain yang mewah dengan hiasan bordir emas atau perak.
Baju beskap, yang lebih terstruktur, juga dipakai oleh beberapa raja sebagai lambang otoritas. Pakaian ini mencerminkan pengaruh kolonial Belanda yang sempat masuk ke Bali, namun tetap disesuaikan dengan tradisi dan gaya lokal Bali.
8. Kain Penutup Bahu dan Dada (Udeng Gelung)
Raja-raja Bali sering mengenakan kain penutup bahu dan dada yang dikenal sebagai udeng gelung. Kain ini biasanya terbuat dari bahan berkualitas tinggi dan dihias dengan bordir emas.
Kain ini tidak hanya berfungsi sebagai pakaian, tetapi juga sebagai simbol spiritual yang melambangkan perlindungan dan kekuatan yang diberikan oleh dewa-dewa kepada raja.
9. Cincin Emas
Raja-raja Bali juga dikenal mengenakan cincin emas dengan batu permata yang indah, sebagai simbol kemewahan, kekuasaan, dan keberuntungan. Cincin ini sering diukir dengan simbol-simbol spiritual seperti naga atau burung garuda, yang melambangkan kekuatan dan perlindungan.
Cincin ini tidak hanya berfungsi sebagai perhiasan, tetapi juga dianggap memiliki kekuatan spiritual yang melindungi pemakainya dari bahaya dan membantu mereka dalam mengambil keputusan penting.
TAGS : Busana Raja Bali Pakaian Makna