Upacara peribadahan umat Hindu saat Hari Raya Galungan (Foto: Dok. Desa Sedang Kab. Badung)
Balimemo.com - Hari ini, Rabu (25/9), umat Hindu di Bali merayakan Hari Raya Galungan. Galungan merupakan salah satu upacara keagamaan terbesar bagi umat Hindu Bali, yang dirayakan setiap 210 hari sekali, berdasarkan Pawukon atau kalender tradisional Bali.
Secara esensial, Galungan menandai kemenangan dharma (kebenaran) atas adharma (kejahatan), dan menjadi momen bagi umat Hindu untuk merenungkan serta memperkuat keyakinan terhadap kekuatan yang melindungi dunia dari kekacauan dan ketidakbenaran.
Secara filosofis, Galungan mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan hidup antara baik dan buruk, serta mengingatkan manusia untuk selalu berjalan di jalan kebenaran.
Umat Hindu percaya bahwa pada saat Galungan, para dewa dan leluhur turun ke dunia untuk memberkati umatnya. Oleh karena itu, ritual Galungan juga berfungsi sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur yang telah memberikan warisan spiritual kepada generasi sekarang.
Filosofi dari perayaan ini juga berkaitan dengan konsep rwa bhineda, atau dualitas dalam kehidupan. Umat Hindu diajarkan bahwa dalam kehidupan selalu ada dualitas, seperti terang dan gelap, kebaikan dan keburukan, kebahagiaan dan kesedihan.
Galungan adalah momen di mana manusia diingatkan bahwa meskipun dualitas ini selalu ada, mereka harus tetap memilih jalan yang benar, yaitu dharma, dalam menghadapi segala godaan dan tantangan hidup.
Sebelum perayaan Galungan, umat Hindu melakukan serangkaian persiapan spiritual dan fisik. Penjor, sebuah tiang bambu yang dihiasi dengan janur dan hasil bumi, dipasang di depan rumah sebagai simbol ucapan syukur kepada Sang Hyang Widhi atas berkat yang diberikan kepada manusia.
Penjor juga melambangkan gunung, yang dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa dan leluhur. Selain itu, persiapan rohani melalui puasa dan meditasi menjadi sangat penting untuk menjaga kemurnian pikiran dan jiwa menjelang Galungan.
Makna penting lainnya dari Galungan adalah pengingat untuk selalu bersyukur atas kehidupan dan segala hal yang diberikan oleh alam. Dalam ritual Galungan, umat Hindu mempersembahkan berbagai sesajen kepada dewa dan leluhur sebagai bentuk rasa terima kasih.
Sesajen tersebut tidak hanya berisi makanan dan bunga, tetapi juga simbol dari unsur-unsur alam seperti air, api, dan udara, yang semuanya dianggap penting dalam keberlangsungan hidup.
Galungan juga menjadi waktu di mana umat Hindu melakukan Tirta Yatra, yaitu kunjungan ke pura-pura besar di seluruh Bali. Tirta Yatra dilakukan untuk membersihkan diri secara spiritual, meminta berkat, dan memperdalam hubungan mereka dengan kekuatan ilahi.
Kunjungan ini mencerminkan filosofi Galungan tentang perjalanan spiritual, di mana manusia diajak untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan melalui sembahyang dan refleksi diri.
Perayaan Galungan tidak hanya melibatkan aspek religius, tetapi juga mengandung nilai-nilai sosial dan budaya yang sangat kuat. Pada hari ini, keluarga-keluarga berkumpul untuk mempererat tali persaudaraan dan menjaga keharmonisan hubungan antaranggota keluarga.
Hal ini mencerminkan ajaran Hindu tentang pentingnya Tri Hita Karana, yaitu tiga cara untuk mencapai kebahagiaan, yakni menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam.
Setelah Galungan, umat Hindu merayakan Kuningan, yang jatuh sepuluh hari setelah Galungan. Kuningan menandai akhir dari rangkaian perayaan ini, di mana para leluhur kembali ke alam mereka setelah memberikan berkah kepada keturunan mereka.
Filosofi di balik Kuningan adalah pengingat bahwa semua kehidupan bersifat sementara dan bahwa manusia harus selalu siap menghadapi siklus hidup dan mati dengan keikhlasan dan kebenaran.
Secara keseluruhan, Hari Raya Galungan lebih dari sekadar hari besar agama. Galungan merupakan refleksi mendalam tentang kehidupan, spiritualitas, dan keseimbangan yang harus selalu dijaga antara dunia fisik dan dunia spiritual.
Dengan mengikuti filosofi dan ajaran yang terkandung dalam perayaan ini, umat Hindu di Bali diingatkan untuk selalu berada di jalan yang benar, menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta.
TAGS : Hari Raya Galungan Kuningan Tradisi Bali