Umat Hindu merayakan Galungan (Foto: DJKN Kemenkeu Bali)
Balimemo.com - Umat Hindu di Bali hari ini, Rabu (25/9), menjalani puncak peringatan Hari Raya Galungan. Hari ini dianggap sebagai hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan), sehingga dirayakan secara meriah.
Hari Raya Galungan bukan hanya berlangsung hari ini. Rangkaian prosesinya sudah dimulai dari jauh-jauh hari. Berawal dari Tumpek Wariga, dilakukan 25 hari sebelum Galuangan. Ritual ini ditandai dengan memuja Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kemakmuran. Selain itu, pohon-pohon juga akan diberikan air suci dan banten (sesajen).
Selanjutnya ialah ritual Sugihan Jawa, yang secara singkat bermakna pembersihan atau penyucian dari segala sesuatu yang berada di luar diri manusia. Dalam proses ini, umat Hindu melaksanakan upcara Mererebu guna menetralisasi segala sesuatu yang negatif pada Bhuana Agung, yang disimbolkan dengan pembersihan rumah.
Sugihan Jawa dilakukan setiap Kamis Wage Wuku Sungsang.
Proses selanjutnya ialah Sugihan Bali, yaitu penyucian diri sendiri. Caranya dengan mandi, melakukan pembersihan secara fisik, dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih. Ini menjadi simbol penyucian jiwa dan raga untuk menyongsong Hari Galungan yang semakin dekat.
Sugihan Bali dilaksanakan setiap Jumat Kliwon Wuku Sungsang.
Dua hari kemudian, dilanjutkan dengan Hari Penyekeban. Hari Penyekeban adalah mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama. Ini biasanya dilakukan setiap Minggu Pahing Wuku Dungulan.
Kemudian, Hari Penyajian yang berlangsung setiap Senin Pon Wuku Dungulan. Menurut kepercayaan Hindu Bali, pada hari ini umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan, guna menguji tingkat pengendalian diri umat.
Satu hari sebelum Hari Raya Galungan, umat Hindu merayakan Hari Penampahan Galungan, atau tepatnya Selasa Wage Wuku Dungulan. Pada hari itu, umat Hindu akan mengisi waktu dengan membuat penjor dari batang bambu yang diisi dengan hiasan unik.
Pada puncak Hari Raya Galungan, umat memulai hari dengan persembahyangan di rumah masing-masing hingga pura di sekitar lingkungan. Mereka yang berada di daerah lain, akan menyempatkan diri pulang kampung agar bisa sembahyang di daerah kelahirannya.
Adapun sehari setelah Hari Raya Galungan, dilanjutkan dengan Hari Umanis Galungan, yakni persembahyangan yang dilanjutkan dengan Dharma Santi dan saling mengunjungi sanak saudara.
TAGS : Hari Raya Galungan Rangkaian Prosesi Tradisi Bali