Tari Joget Bumbung di GWK (Foto: Dok. GWK)
Balimemo.com - Tari Joget Bumbung merupakan salah satu tarian tradisional Bali yang terkenal karena suasana ceria dan interaksi langsung antara penari dan penonton. Tarian ini sering ditampilkan pada acara-acara adat, perayaan, atau hiburan umum, terutama di desa-desa Bali.
Sebagai salah satu bentuk seni tradisional yang dinamis, Tari Joget Bumbung mencerminkan keakraban dan kehangatan masyarakat Bali dalam sebuah pertunjukan yang penuh semangat.
Tarian ini biasanya dilakukan oleh satu atau lebih penari perempuan yang mengenakan pakaian adat Bali. Penari akan menari diiringi gamelan bambu atau bumbung, yang menghasilkan nada-nada khas Bali.
Musik pengiring ini menjadi elemen penting karena menciptakan suasana gembira yang menjadi ciri khas tariannya. Alunan musik gamelan yang dinamis memberikan ruang bagi penari untuk berimprovisasi, menciptakan gerakan-gerakan yang bervariasi dan energik.
Keunikan Tari Joget Bumbung terletak pada interaksinya dengan penonton. Dalam pertunjukannya, penari sering kali mengajak salah satu penonton, biasanya laki-laki, untuk menari bersama di atas panggung.
Momen ini menciptakan suasana riang, di mana interaksi spontan antara penari dan penonton menjadi hiburan utama. Tidak jarang, penonton memberikan respons berupa gerakan tarian atau bahkan lelucon, menambah kesan santai dan akrab.
Gerakan Tari Joget Bumbung mengutamakan keluwesan tubuh dan ekspresi wajah. Penari mengombinasikan gerakan tangan, kaki, dan pinggul dengan luwes, sambil sesekali menampilkan senyuman manis kepada penonton. Hal ini menunjukkan keindahan seni gerak Bali yang tidak hanya mengandalkan teknik, tetapi juga ekspresi yang menghidupkan suasana.
Sejarah Tari Joget Bumbung diyakini bermula dari tradisi hiburan rakyat yang berfungsi untuk mengisi waktu luang masyarakat desa setelah panen atau saat perayaan.
Sebagai bentuk seni rakyat, tarian ini awalnya tidak terikat oleh aturan formal seperti tari-tarian klasik Bali. Namun, seiring berjalannya waktu, Tari Joget Bumbung mulai dikenal secara luas dan sering menjadi bagian dari acara-acara budaya di Bali.
Dalam konteks modern, Tari Joget Bumbung tetap relevan dan menjadi daya tarik wisatawan. Banyak turis yang merasa tertarik untuk menyaksikan atau bahkan ikut menari bersama penari saat pertunjukan berlangsung.
Hal ini menjadikan tarian ini tidak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai alat promosi pariwisata yang efektif untuk Bali.
Namun, keberadaan Tari Joget Bumbung kini menghadapi tantangan. Menurut Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 18 Tahun 2024 tentang Tari Tradisi Joget Bumbung Jaruh, Pemprov Bali mengatur tata pertunjukan, busana, serta pelarangan pementasan tarian ini di media sosial.
Untuk mengimplementasikan larangan ini, Majelis Kebudayaan Bali akan melakukan penertiban secara terkoordiinasi, termasuk di antaranya menghapus semua tayangan Tari Joget Bumbung dari media sosial, guna melindungi budaya Bali dari aktraksi pornografi.
TAGS : Tari Joget Bumbung Polemik Kebudayaan Tradisi Bali